Selasa, 27 Oktober 2009

Honshū


Honshū adalah pulau terbesar Jepang. Ia terletak di selatan Hokkaido, utara Shikoku di seberang Laut Dalam Negeri, dan timur laut Kyushu di seberang Selat Shimonoseki. Jika diukur dengan seluruh dunia, Honshu merupakan pulau terbesar ketujuh di dunia dan pulau terpadat kedua di dunia setelah Jawa.
Panjang Honshu sekitar 1.300 km dan lebarnya bervariasi antara 50 hingga 230 km. Total wilayahnya adalah 230.500 km², sekitar 60% total luas wilayah Jepang. Garis pantainya sepanjang 5.450 km.
Honshu yang bergunung dan banyak mempunyai gunung berapi sering dilanda gempa bumi (Gempa Bumi Besar Kanto pada September 1923 merusak Tokyo dengan berat); puncak tertingginya ada di Gunung Fuji (3.776 m) yang berapi dan masih aktif. Terdapat banyak sungai termasuk Sungai Shinano, sungai terpanjang di Jepang.
Jumlah penduduknya adalah 98.352.000 (pada 1990, 89.101.702 (1975)); kebanyakan bermukim di dataran rendah, terutama di Hamparan Kanto di mana 25% dari seluruh penduduk tinggal dan di sekitar Tokyo dan Yokohama. Kota lainnya termasuk Kyoto, Osaka, Kobe, Hiroshima, Sendai, dan Nagoya. Pulau ini biasanya dibagi menjadi lima daerah dan berisi 34 prefektur, termasuk Tokyo metropolitan.
Daerah-daerah tersebut adalah Chubu (tengah), Chugoku (selatan), Kanto (timur), Kinki (selatan, di atas Chugoku), dan Tohoku (utara).
3/4 dari kota-kota besar dan modern Jepang, termasuk 23 distrik khusus Tokyo, Yokohama, Osaka, Nagoya, Kobe, Kyoto, Akita, Sendai, Fukushima, Niigata, dan Hiroshima. Pusat budaya juga terletak di Honshu, seperti Kyoto (yang modern namun juga menyimpan bersifat kebudayaan), Nara, dan Kamakura.
Pulau ini juga memiliki daerah pertanian yang penting. Niigata dikenal sebagai produsen beras penting. Hamparan Kanto dan Nobi memproduksi beras dan sayuran. Yamanashi adalah daerah penghasil buah-buahan utama, dan Aomori terkenal akan apelnya.

Furoshiki


Mungkin kalau orang awam melihat furoshiki,bakal mengira benda ini adalah sebuah taplak meja. Memang bentuknya hampir mirip,tapi sebenarnya furoshiki bukanlah taplak meja. Furoshiki adalah alat yang biasa digunakan orang Jepang untuk membungkus barang bawaan. Misalnya buku,pakaian,buah,atau minnuman botol.
Furoshiki ini terbuat dari kain yang cukup lebar dan aman untuk dipakai. Maksudnya barang yang dibawa tidak akan jatuh dan tidak mudah kusut juga aman keberadaannya. Kalau tidak percaya coba bandingkan furoshiki dengan tas plastik buatan kita ^.^
Furoshiki banyak membantu para siswa di Jepang untuk membawa buku pelajaran mereka yang banyak. Tidak itu saja,orang-orang yang ingin berpergian jauh,sering menggunakan furoshiki untuk membungkus pakaian mereka. Atau mungkin kalian pernah melihat anime atau manga yang menggambarkan seorang dorobo yang membawa 'bawaan' di belakang lehernya. Nah,benda yang membungkus 'bawaan' itu adalah furoshiki! Banyak juga ternyata kegunaan furoshiki ^^
Meski saat ini sudah ada banyak benda yang dapat menggantikan furoshiki,tapi bagi orang Jepang furoshiki tetap yang terbaik.

Rabu, 14 Oktober 2009

SUKU AINU


Suku Ainu adalah penduduk asli Jepang. Menurut catatan sejarah,suku Ainu secara genetis dan peradaban budaya sangat dekat dengan suku Inuit (Eskimo) di kutub utara. Di Hokkaido-lah banyak terdapat suku Ainu. Suku yang unik dengang budaya yang mengandalkan alam sekitar namun memiliki adaptasi besar terhadap budaya luar,beda sekali denagan suku-suku di Indonesia yang masih primitif.
Rumah suku Ainu bernama 'kotan'. Pada zaman dulu 'kotan' biasanya berada di tepi sungaidi pesisir karena mereka menganggap di wilayah seperti ini banyak makanan yang tersedia apalagi Jepang terkenal denagan penghasil ikan terbanyak di dunia..
Sisa-sisa sejarah Ainu ditampilkan lewat sebuah perkampungan buatan. Hanya saja perkampungan buatan ini dikemas sama persis dengan catatan sejarah. Misalnya jajaran rumah beratap dan dinding ilalang di tepi danauyang lengkap dengan tata letak kandang binatangnya (anjing),teman berburu suku Ainu.
Memasuki areal kampung Ainu,terdapat sejumlah wanita dan pria menyambut dengan dandanan mereka yang khas. Penampilan mereka menimbulkan dugaan bahwa seperti inilah penampilan suku Ainu yang sebenarnya. Pria dan wanita Ainu berpakaian warna-warni. Pakaian mereka terbuat dari bulu burung,kulit beruang,anjing,bahkan ada juga yang berasal dari sisik salmon. Menurut mereka,pakaian suku Ainu ada yang berasal dari anyaman tumbuh-tumbuhan.
Jajaran rumah ilalang milik suku Ainu tak jauh beda dengan suasana beberapa kawasan pedalaman di Indonesia. Karena merupakan kampung buatan,maka tata letaknya pun lengkap.Ada rumah kepala suku,pengawal,rumah pertemuan,dan deretan rumah penduduk. Yang membedakan rumah satu dan lainnya hanya soal ukurannya. Rumah suku Ainu selalu berpintu satu dan menghadap ke arah barat,terdapat 3 jendela,2 di sisi timur dan satu mengarah ke selatan. Susunan rumahnya hanya berupa ruangan besar yang disekat-sekat. Penyekatnya berupa jajaran rumput atau ilalang kering tak lebih dari1,5 meter.
Melengkapi konservasi budaya Ainu,di perkampungan buatan tersebut berdiri The Ainu Museum. Ini satu-satunya bangunan berdinding tembok yang ada di dana. Dalam museum tersebut tersimpan semua perlengkapan yang menyertai kehidupan suku Ainu,mulai alat dapur,alat berburu hingga perhiasan yang melekat pada tubuh wanita Ainu. Sekilas sejumlah barang yang terpajang memang mengingatkan beberapa souvenir yang dapat dijumpai bila berwisata di Sulawesi maupun Lombok,seperti kalung dari bebatuan.

^_^

Hai semua! Salam kenal ya..
Ini adalah postingan ku yang pertama &yang bakal ku bahas pada bulan ini yang lain dan tak bukan adalah mengenai Jepang. Jepang adalah suatu negara yang mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Jepang adalah macan Asia.

Saya sangat terobsesi dengan jepang karena di negara tersebut mempunyai hal-hal yang tidak bakal habis untuk kita bicarakan,mulai dari penduduknya yang ramah tamah hinnga kebudayaanya yang unik dan tak terhapuskan oleh jaman..
Sekian..